ahnafhf21

Backpackeran ke Bandung #1

Posted on 03 August 2020
Home - blog

Berawal dari kecerobohan teman saya, lalu menjadi sebuah ‘keuntungan’ bagi saya. Memang tidak disangka – sangka, hari pertama masuk kuliahnya bisa jadi harus terundur akibat Dia salah memilih hari dalam membeli tiket. Akhirnya, Dia pun harus membeli lagi tiket ke Bandung di hari sebelum Dia masuk kuliah. Lalu keuntungannya untuk saya? Ya, tiket yang sudah terlanjur dia beli sebelumnya diberikannya ke saya secara cuma - cuma untuk menjelajah di kota itu. Loh emangnya bisa ya tiket digunakan orang lain? Jadi teman saya ini tidak menggunakan moda kereta api, melainkan bus travel yang dalam verifikasi keberangkatannya-pun cukup mudah, yaitu dengan hanya memberikan nomor pin yang sudah tertera pada tiket.

Bukan kali pertama saya ke Bandung, tetapi tetap saja ada hal yang selalu menarik saya kembali ke kota itu. Sudah lama sekali saya berencana ingin kembali menjelajahi kota Bandung. Namun, sudah bisa ditebak, semua rencana berakhir dengan wacana. Dan berkat teman saya ini, Bapuk panggilannya, akhirnya saya menjelajahi kota Bandung tanpa rencana.

11 Februari 2020 / 20:30, tanggal dan jam keberangkatan yang tertera pada tiket. Saya pun bergegas menyiapkan barang – barang, lalu langsung menuju pool travel pada pukul 7 tepat dengan menggunakan ojek ke stasiun, disambung moda Kereta Rel Listrik. Untuk mencapai pool travel hanya tinggal jalan kaki tidak lebih 500 meter dari stasiun Tanjung Barat. Pukul 8 lewat dikit saya tiba di pool, dan pada pukul 20:30 tepat bus travel pun berangkat menuju kota tujuan. Satu hal yang cukup membuat saya kaget pada saat itu, bus elf yang terdapat kurang lebih 20 kursi, hanya di tempati 6 kursi termasuk supirnya. Tentunya sebagai penumpang, saya sangat diuntungkan pada saat itu karena bisa pindah mencari tempat ternyaman di antara kursi yang kosong.

Pukul 11:25 saya tiba di Bandung, tepatnya di Jalan Suropati, tempat pemberhentian terakhir bus travel yang saya naiki. Tak lama setelah itu, Bapuk tiba dengan motor pinjaman dari temannya, tanpa membawa STNK. “Udah malem, santai gaada polisi,” katanya. Satu hal yang dominan di pikiran saya pada saat itu adalah, langsung mencari angkringan untuk sekadar ngaso, ngopi, ngerokok, sambil menghangatkan badan karena badan saya mulai merasa kedinginan, entah karena masih beradaptasi dengan suhu di Bandung atau akibat duduk di bawah AC selama di bus. Tapi, mencari angkringan di kota Bandung agaknya tidak semudah mencari angkringan di Jogja. Akhirnya kami pun berhenti di lapak roti bakar di pinggir Jalan Supratman, seberang Masjid Pusdai. Memesan roti bakar dan coklat panas mungkin bisa membantu menghangatkan tubuh lagi. Setelah makanan yang kami pesan sudah habis semua dan dirasa badan sudah kembali hangat, kami pun kembali jalan menuju rumah kontrakan di Jl. Suryalaya IV, tempat Bapuk bersama teman - temannya mengontrak. Rumah itu juga sekaligus menjadi tempat saya menginap selama saya di Bandung.

Hari pertama di Bandung, menjadi hari yang paling membingungkan, dimana saya yang pergi ke sana tanpa rencana harus menyusun rencana – rencana yang akan saya kerjakan di sana. Terlebih lagi, menyesuaikan dengan jadwal Bapuk yang harus menjalankan kewajibannya dulu, kuliah. Tentunya saya juga pergi kesana bukan tanpa beban, saya masih memiliki beberapa tanggung jawab yang harus saya selesaikan, yang artinya saya juga harus menyusun rencana untuk menyiasati hal tersebut agar rencana liburan saya tidak bentrok dengan kerjaan - kerjaan saya. Singkat cerita, rencanapun sudah selesai saya buat. Hari pertama saya biarkan berjalan apa adanya, mengikuti keinginan hati saya dan juga melihat isi dompet saya. Hahahaha. Dan akhirnya saya putuskan menghubungi teman saya yang juga temannya Bapuk yang ada di Bandung, lalu mengajaknya bertemu. Pada hari itu juga, kami janjian untuk bertemu. Kebetulan juga tidak jauh dari tempat kami bertemu, ada jalan yang cukup terkenal di Bandung yaitu Jalan Buah Batu. Sepulangnya dari sana, untuk sekadar jalan kaki di Jl. Buah batu menjadi hal cukup memuaskan bagi saya karena bisa memerhatikan dinamika kota Bandung yang sangat heterogen dari perspektif Jalan Buah Batu. Dan kebetulan cuaca sedang sejuk – sejuknya karena pada saat itu kota Bandung baru selesai diguyur hujan, membuat saya ingin berlama – lama berada di Jalan itu.

Keesokan harinya, saya mulai menjalankan rencana – rencana yang telah saya buat, dengan menyewa sebuah sepeda motor matic sebagai kendaraan yang akan saya dan Bapuk gunakan untuk menjelajah. Sekitar jam 6 pagi kami mengambil motor di kawasan Batununggal yang sudah kami book lewat chat semalam. Lalu, langsung bergegas menuju Curug Tilu Leuwi Opat, tujuan utama dan pertama kami yang berada di kabupaten Bandung Barat, berjarak kurang lebih 23 kilometer dari Jalan Suryalaya IV. Ada banyak pertimbangan sehingga kami memilih destinasi tersebut, dan berenang adalah salah satu alasan terkuat yang saya usulkan kepada Bapuk. Dengan hanya bermodalkan Google Maps, dengan sangat percaya diri kami langsung meluncur ke lokasi. Dan ada satu kejadian unik yang kami temukan dalam perjalanan, ada seorang pengemudi sepeda motor yang tertidur pulas di tengah jalan saat lampu lalulintas menunjukkan warna hijau. Sehingga mengakibatkan beberapa kendaraan di belakangnya membunyikan klakson panjang untuk membangunkan pengemudi tersebut.

Tags: cerita, perjalanan, and bandung